Baju batik Ok
Singlet Ok
Bara semangat mengiringi sang buruh untuk pergi "mencangkul" dan perjalanan menuju "lahan garapan" dilaluinya dengan penuh lika-liku. Seperenam harinya diluangkan dengan cara duduk, berdiri, sikut-sikutan, sengol-senggolan dan jalan kaki. Keringat pun timbul dan tenggelam. Hapal lagu-lagu pengamen jalanan beserta aroma tubuhnya. Bahkan, omset tiga jenis transportasi umum darat bertambah tidak signifikan ulah sang buruh.
Semua itu dilaluinya dengan mudah karena semangatnya, terlebih pada hari Jumat. Dalam ingatannya.
Hari Jumat begitu istimewa, sampai ada istilah TGIF, begitu masyarakat urban menyebutnya. Tapi entah kalau hari jumat kiamat, apakah istilah itu masih berlaku?
Siang menjelang, tanda ibadah sholat akan dimulai. Bergegas sang buruh memakai sandal dan berjalan menuju tempat ibadah. Sang buruh biasa datang lebih awal untuk mencari posisi. Umumnya posisi barisan depan yang banyak dicari orang-orang karena "feedback" yang akan diperoleh. Sementara sang buruh hanya cukup duduk di posisi tengah karena ada kipas anginnya.
Sesampainya di tempat ibadah, sang buruh kaget. Tidak ada seorang pun disana bahkan karpet pun belum digelar.
"Ini orang pada kemana ya? Kok pada ga jumatan. Apakah hanya saya saja orang yang soleh di daerah sini?" Jumawa sang buruh. Sempat terpikir juga untuk bantu gelar karpet.
Namun selintas dalam ingatan sewaktu perjalanan tadi pagi, yaitu: jarang terlihat orang yang berpakaian baju batik, hanya satu atau dua saja, biasanya hari Jumat pakai itu. Di "lahan garapan" pun demikian, hanya sang buruh yang pakai baju batik. Sewaktu melintasi seorang teman untuk pergi ibadah, teman itu hanya melongo keheranan. Tidak biasanya itu semua terjadi.
Sang buruh mencoba cari fakta kebenaran dengan mengambil telepon genggamnya. Hati coba dikuatkan dan nafas ditariknya dalam-dalam.
Thursday...
Sang buruh pun balik badan, berusaha tegar menghadapi rasa malu yang menusuk. Jalan pulang menuju "lahan garapan" berusaha dilaluinya dengan tenang, santai dan percaya diri. Tapi anehnya perjalanan 10 menit itu terasa seperti satu dekade- lama dan tak berujung.
Ditengah perjalanan sang buruh mampir sejenak ke warung untuk beli kerupuk. Setibanya di "lahan garapan", teman buruh pun langsung bersambut tanya "Darimana bang?"
"Hmm.. Ini beli kerupuk" ngeles sang buruh.
Senyum kecil terlihat dari raut wajah teman sementara sang buruh berusaha mengalihkan situasi dengan makan kerupuk. Dan rasa gurih pun berubah seketika menjadi rasa bapuk.