Sering kita dengar istilah multitasking, terutama dalam dunia pekerjaan. Dimana seseorang melakukan dua atau lebih tugas/pekerjaan dalam satu waktu. Seperti misalnya tangan kiri mengerjakan tugas excel di laptop sementara tangan kanan mendesain logo di PC. Ini contoh multitasking tingkat dewa hehe.. agak mustahil sih. Contoh umumnya adalah ketika seseorang menerima panggilan telepon sambil merespon email untuk urusan pekerjaan. Bagi pekerja kantoran di Indonesia, multitasking semacam ini biasa dilakukan.
Namun rupanya berbeda dengan pekerja di beberapa negara seperti German, Swiss, Finlandia dan Jepang. Pendekatan budaya kerja di negara tersebut yang fokus menyelesaikan satu tugas sebelum melakukan tugas lainnya. Memilih untuk meminimalkan multitasking demi kualitas hasil pekerjaan yang optimal.
Secara sains menunjukan bahwa multitasking ini hanya rapid task-switching atau peralihan tugas dengan cepat. Tidak mungkin dalam satu waktu perhatian dan fokus kita kepada dua hal, yang ada hanya peralihan dari satu hal ke hal lainnya. Seperti saat kita menerima telepon sambil merespon email, ada resiko bahwa bagian diantara dua tugas itu yang terlewatkan, sehingga performa menjadi taruhan.
Multitasking ini merupakan sebuah pilihan, dan kita perlu menanyakan kepada diri sendiri: "Apakah mampu atau tidak?". Ada baiknya kita membuat skala prioritas, fokus terhadap tugas-tugas yang kita anggap krusial/penting. Tugas selain itu, jika mampu, maka memilih multitasking bukan merupakan suatu pilihan yang buruk, asalkan kualitas pekerjaan tetap menjadi tujuan utama.