Untuk menjual suatu produk dibutuhkan kegiatan pemasaran, dengan tujuan agar produk bisa dikenal dan dibeli. Kalau ada istilah "Tak kenal maka tak beli", mungkin itu yang mendekati istilah pemasaran.
1. Kebulan asap tukang sate
Teknik pemasaran yang biasa dilakukan abang tukang sate ini akan meningkatkan awareness, baik mata dan hidung calon pembeli. Calon pembeli akan datang dan pesan sate. Gigitan pertama akan menentukan hubungan mereka selanjutnya. Jika rasanya enak maka akan terjadi perubahan status dari "pembeli" menjadi "pelanggan". Namun jika tidak sesuai selera, status "pembeli" akan berubah menjadi "pemaki".
Foto asap tukang sate
Contoh ungkapan "pemaki"
2. Mimik wajah "Susah mencari nafkah"
Teknik ini akan meningkatkan rasa iba dan kasian. Pedagang berusaha menampilkan image "betapa susahnya mencari nafkah." yaitu dengan menampilkan raut wajah yang sayu, badan lemas, mata berkaca-kaca serta kaos yang lusuh. Cara yang sempurna untuk menarik hati calon pembeli, 1000% perasaan iba akan muncul dan akhirnya orang akan membelinya meskipun tidak tahu apa yang dibelinya.
-No pic, sensitive-
Namun biasanya teknik pemasaran dengan mimik wajah "susah mencari nafkah" hanya akan mendapatkan "one-time buyer", tidak ada repeat order. Produk yang dibeli pun biasanya tidak dimanfaatkan atau bahkan diberikan kepada orang lain.
3. Bayar seikhlasnya
Suatu waktu saya pernah pesan becak di daerah jalan Malioboro Jogja, tujuan ke alun-alun kidul (keraton). Jaraknya kurang lebih se-ekuivalen dengan 5 baskom berisi tetesan keringat, cukup jauh dan suasana sedang panas-panasnya baik suhu lingkungan maupun politik.
"Berapa ongkosnya pak?" pertanyaan template saya kepada pembecak tua. Sekilas beliau terlihat berumur 60-70 tahunan.
"Sudah naik dulu (becak maksudnya), seikhlasnya saja.." Jawab pembecak tua.
Duh seumur hidup saya belum pernah mendengar jawaban seperti itu, biasanya atau manusia normal akan menjawabnya dengan angka rupiah. Tapi ini berbeda, dan sampai sekarang pengalaman tersebut masih tersimpan rapih dalam ingatan saya.
Akhirnya saya membayarnya dengan ikhlas.... dan uang juga tentunya.. haha.
Teknik pemasaran pembecak tua masih menjadi misteri bagi saya sampai detik ini. Kata ikhlas sepertinya menjadi kunci. Jika ada kesempatan untuk bertemu, saya ingin belajar banyak dari beliau. Semoga bapak pembecak tua selalu sehat, bahagia dan ikhlas.
Disclaimer:
Teknik-teknik tersebut belum teruji secara akademis dan belum diuji lintas negara seperti Zimbabwe, Korea utara, Chilie (alias sambel) ataupun Papua nugini. Baru terpantau di negara Indonesia tercinta.